Kamis, 20 Desember 2012



“Apa tujuan kamu bekerja ? “

“Saya bekerja untuk ibadah”

Saya pun hanya tersenyum kecut jika mendengar jawaban model itu, entahlah apa itu sebuah senyuman sinis, karena terlampau sering mendengar kalimat yang tak lagi asing di telinga, terkesan normative dan berbau klise  sehingga bikin alergi mendengarnya.  Ataukah dikarenakan senyum itu, sesungguhnya saya justru sedang menertawakan diri sendiri yang masih belum bisa memaknai dan  “nglakoni” secara sempurna konsep bekerja  untuk  ibadah. 

Seratus nilai teorinya, namun nol besar aktualisasinya. Berharap janganlah sampai saya menjadi seorang “JARKONI”, iso ngajar ora iso nglakoni. Namun setidaknya saya bisa bercermin dari seorang “JOKOWI”, ojo akeh omong wis ndang dilakoni.

Memaknai bekerja sebagai ikon ibadah bisa jadi tiap orang akan meletakkannya dari sudut aktualisasi yang berbeda. Ada yang meletakkan di awalan saat meniati sebuah pekerjaan, namun ada yang menempatkannya justru setelah merasa bersusah-payah dan berdarah-darah melakoni pekerjaan, namun ternyata kok… harapan memperoleh penghasilan yang lebih baik, promosi dan pengakuan prestasi dari perusahaan jauh panggang  dari api. Dan itu biasa dengan ending penghiburan diri hati yang galau “Ya sudahlah, yang lalu anggap saja ibadah, biar Allah yang membalas, ntar ada jalan… ikhlas…ikhlas…“.

Bekerja untuk ibadah, tepat betul jika kita meniati apa yang dilakukan hanya untuk mendapat ridho dari The Almighty Creator yaitu Allah The Great. Mau peduli apa kata atasan, peduli apa atasan tidak / melihat pekerjaan saya, peduli apa perusahaan mau kasih penghargaan atau tidak, peduli apa sanjungan dari orang lain, masa bodoh amat. Yang penting amanah pekerjaan sudah kita jalankan sebaik-baiknya dan dengan sesungguh-sungguhnya.

Tentu landasan bekerja untuk ibadah dalam arti sempit dan egoisentris ini tidak salah, namun akan terasa sempurna dan maknyus jika bisa lebih men-sensitifkan rasa  kepekaan sosial kita. Jika saat ini lebih meniatkan pekerjaan untuk menghidupi anak dan istri tercinta, sehingga dengan rejeki yang kita berikan membuat mereka terkembang senyumnya, tertidur dengan nyaman, makan dengan kenyang  dan beribadah dengan tenang. 

Tidak ada salahnya kita meniatkan dan memikirkan untuk kesejahteraan karyawan dan keluarganya, dan tentu akan terasa indah jika kesuksesan kita bekerja di perusahaan akan berkontribusi terhadap kelayakan dan kemapanan hidup karyawan.

Tak terbayang,  jika ketidaksuksesan kita bekerja ternyata berkontribusi terhadap colapsnya perusahaan. Akan ada berapa banyak karyawan yang di PHK, bagaimana nasib anak – istri mereka ke depan. Ah… sungguh miris membayangkan. Dengan cara pandang social seperti ini, mestinya effort kerja kita akan jauh lebih baik, output yang lebih maxi, dan tentunya keberkahan dan bulir-bulir pahala akan mengalir tiada habisnya. Jadi sudahkan anda bekerja sekaligus beribadah hari ini ?

Happy working & ibadah. Salam. (Aa-Vyp)

0 komentar:

Posting Komentar