KeMaha-Kuasaan
(Omnipotence), biasanya ini dianggap sebagai atribut dari Tuhan,
yang mempunyai Kemampuan untuk melakukan atau menciptakan apapun. Tapi Ibn
Rusyd, yang dikenal di di Barat sebagai Averroes, “kebetulan” memikirkan
kontradiksi dari hal ini dan berusaha mencari pemecahannya. Ini menyangkut
kemampuan Tuhan menciptakan sesuatu yang tidak logis, seperti mampukah Tuhan
membuat segitiga yang sudut dalamnya tidak berjumlah 180 derajat (sudut dalam segitiga
selalu 180 derajat jika dijumlahkan). Atau yang lebih popular di Barat nantinya
dengan pertanyaan “Bisakah Tuhan menciptakan batu yang sebegitu
besar dan beratnya, sehingga Dia sendiri tidak akan mampu mengangkatnya “
Salah
satu karya Ibn Rusyd yang terkenal adalah buku Tahafut Al-Tahafut,
“Ketidakjelasan dari Ketidakjelasan”. Buku ini adalah tanggapan dan sindirian
atas karya Al-Ghazali yang tajam “Ketidakjelasan Para Filosof”. Kaum rasional,
seperti Ibn Rusyd , berusaha untuk merasionalkan agama lebih jelas, bahkan
berusaha merasionalkan pembuktian keberadaan Tuhan. Beberapa orang merasa
keberadaan Tuhan perlu diperjelas, untuk memperkuat agama itu sendiri agar
mudah diyakini.
Yang lain
berpikir bahwa menerima agama apa adanya sesuai yang diterima wahyu lewat para
rasul. Manusia harus menerima Tuhan dengan kesederhanaan iman, faith.
Masalahnya adalah bagaimana menanamkan iman yang tulus kepada orang-orang yang
kristis yang tidak percaya ? Jika tidak ada dasar yang rasional, ini bisa
menimbulkan keraguan.
Al-Ghazali
berpendapat bahwa agama justru akan sangat berbahaya jika dianalisa terlalu
dalam. Manusia perlu menerima ajaran agama dengan kesederhanaan iman demi
manusia itu sendiri. Al – Ghazali memang hidup pada masa pemikiran-pemikiran
Yunani yang rasional diagung-agungkan oleh banyak filosof.
Sangat
wajar hal kontradiktif itu terjadi, mengingat masa itu teknologi pembuktian
kebenaran kitab suci Al-Quran secara rasional akan keberadaan Tuhan dan
penciptaan alam semesta tidaklah semutakhir seperti sekarang. Namun yang jelas,
otak kita sungguh sangat kecil untuk memahami semua ilmu Allah dan tidak-tidak
akan mungkin. Semoga kita bukanlah termasuk golongan orang yang sombong dan
melampaui batas.
Pemahaman tauhid siapa Allah yang simple dan tidak
membingungkan :
(1) Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa,
(2) Allah tempat meminta segala sesuatu,
(3) Dia tiada beranak dan tiada diperanakkan,
(4) Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.
(1) Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa,
(2) Allah tempat meminta segala sesuatu,
(3) Dia tiada beranak dan tiada diperanakkan,
(4) Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.
0 komentar:
Posting Komentar