Jumat, 28 Desember 2012

Sebenarnya aku ga begitu suka nonton sinetron lokal di layar kaca, mending nonton film-film box office made in Hollywood kalau malam. Namun sejak punya jagoan kecil, yang sudah “dong” dengan acara TV, istri melarangku nonton film-film box office, kuatir jagoan kecil ini niru-niru adegan kekerasan. Setiap kali nonton box office yang ada aksi laganya, sedang anakku masih belum tidur, pasti istri bakal langsung  ambil remote dan ganti channel sembari menceramahiku.”Papa ini gimana sih, jangan ditontoni dong film kaya ginian, anak itu ibarat gelas kosong. Apalagi ditontoni film-film Hollywood, yang menjerumuskan dan ada maksud terselubung, tahu ga film-film itu melibatkan pakar-pakar psikologi, yang bisa mempengaruhi perilaku anak dan orang-orang penikmat film yang tidak bisa buka pikiran, buka hati, buka mata dan buka telinga. Papa ini dibilangin kok ga percaya”. Kurang lebih begitu ceramah istriku. 


Sumber gambar : dakwatuna.com

Jangankan nonton film laga, film kartun sekelas doremon pun istri tidak mengijinkan anakku nonton, terlebih lagi dibiarkan nonton film kartun buatan Walt Disney. Ya istriku kalau urusan tayangan telivisi untuk anak memang cukup tegas, karena meyakini apa itu yang disebut “teori konspirasi”. Sebagai suami yang manut istri, terpaksa aku ganti channel, kalau ga nonton berita ya nonton sinetron, pokoknya cari-cari channel yang anak tidak tertarik nonton TV. Akhirnya terkadang ikut nyimak nontron sinetron, setelah coba diamati ternyata nonton sinetron local cukup membosankan dan bikin sebal.  Paling sebal nonton sinetron yang ada cewek berjilbab, eh malah pacaran, peluk-pelukan, pegangan tangan ama nonton bioskop berduaan. Jilbabnya dicopot saja kenapa sih, bikin emosi mulu. Kok pak sutradara bikin lakon kaya gitu, ada maksud apa tho ?

Nah ini yang menurutku kenapa sinteron local menjemukan dan garing :

1.       Bintang filmnya itu-itu mulu

2.       Ceritanya banyak yang ga mendidik

3.       Cerita masih didominasi tentang cinta, cinta dan cinta. Biasanya tidak jauh dari cinta yang beda grade tak direstui ortu, cinta segitiga, atau cinta tidak sengaja ketemu. Di sinetron anak SMP aja sudah diajari cinta-cintaan…

4.       Sinetron anak kebanyakan lucu-lucu garing dan khayal.

5.       Ada tokoh yang jahat banget, ada tokoh yang terzalimi dan nelangsa (biasanya jadi lakon)

6.       Orang kaya bawa mobil mewah, setelan jas berdasi, punya rumah gedongan,  kolam renang dan sering diadain pesta.

7.       Ada kantor polisi dan Pak Polisi. Ada rumah sakit, dokter dan perawat.

8.       Kecelakaan, terus hilang ingatan / amnesia. “Aku dimana, kamu siapa ?”

9.       Make up wajahnya over dan ga alami, pake bedak tebal biar kelihatan putih. Kalo lakon orang miskin kok tidak seperti orang miskin,  yang dipilih malah pemain berperawakan bersih dan pyiyayi, pake setelan baju bagus  dibuat sobek dan kotor-kotor dikit, terus wajah dibuat dekil dengan sedikit contreng-contrengan di muka, tapi ga pantes blass kalau jadi orang miskin.

10.   Adegan dari depan sedang nyetir mobil, kelihatan banget mobilnya ga jalan ataupun ga goyang, cuma gerakan bayangan pohon dan tiang listrik yang diulang-ulang yang nampak di kaca depan mobil.

11.   Kalau ada latar belakang orang yang lalu lalang, coba perhatikan ntar ada orang yang sama dan pakai baju sama lewat depan kamera lagi.

12.   Lama-lama ceritanya mbulet, ga ono enteke. Di awal biasanya bagus, cuma karena pingin memperpanjang episode, lama-lama nglantur ceritanya.  Ntar di episode sekian muncul pemain baru, bisa ketemu saudara kembarnya lah, ketemu Bapak aslinya yang kayalah, dll

Ya namanya juga pengamat, seperti orang yang duduk di belakang sopir bis, hanya bisa mengamati dan mengingatkan Pak sopir sembari berteriak “Awas Pak, pelan-pelan”, tapi belum tentu saya bisa nyetir bis. Jadi meski bisa mengkritik sebuah sinetron,  kalau disuruh buat sinetron yang bagus, saya belum tentu bisa. Dasar pengamat. He .. he… Salam (Aa-Vyp).

0 komentar:

Posting Komentar