Sumber gambar : dakwatuna.com
Jangankan nonton film laga, film kartun sekelas doremon pun
istri tidak mengijinkan anakku nonton, terlebih lagi dibiarkan nonton film
kartun buatan Walt Disney. Ya istriku kalau urusan tayangan telivisi untuk anak
memang cukup tegas, karena meyakini apa itu yang disebut “teori konspirasi”.
Sebagai suami yang manut istri, terpaksa aku ganti channel, kalau ga nonton
berita ya nonton sinetron, pokoknya cari-cari channel yang anak tidak tertarik
nonton TV. Akhirnya terkadang ikut nyimak nontron sinetron, setelah coba
diamati ternyata nonton sinetron local cukup membosankan dan bikin sebal. Paling sebal nonton sinetron yang ada cewek
berjilbab, eh malah pacaran, peluk-pelukan, pegangan tangan ama nonton bioskop
berduaan. Jilbabnya dicopot saja kenapa sih, bikin emosi mulu. Kok pak sutradara
bikin lakon kaya gitu, ada maksud apa tho ?
Nah ini yang menurutku kenapa sinteron local menjemukan dan
garing :
1.
Bintang filmnya itu-itu mulu
2.
Ceritanya banyak yang ga mendidik
3.
Cerita masih didominasi tentang cinta, cinta dan
cinta. Biasanya tidak jauh dari cinta yang beda grade tak direstui ortu, cinta
segitiga, atau cinta tidak sengaja ketemu. Di sinetron anak SMP aja sudah
diajari cinta-cintaan…
4.
Sinetron anak kebanyakan lucu-lucu garing
dan khayal.
5.
Ada tokoh yang jahat banget, ada tokoh yang
terzalimi dan nelangsa (biasanya jadi lakon)
6.
Orang kaya bawa mobil mewah, setelan jas
berdasi, punya rumah gedongan, kolam
renang dan sering diadain pesta.
7.
Ada kantor polisi dan Pak Polisi. Ada rumah
sakit, dokter dan perawat.
8.
Kecelakaan, terus hilang ingatan / amnesia. “Aku
dimana, kamu siapa ?”
9.
Make up wajahnya over dan ga alami, pake bedak
tebal biar kelihatan putih. Kalo lakon orang miskin kok tidak seperti orang
miskin, yang dipilih malah pemain berperawakan
bersih dan pyiyayi, pake setelan baju bagus dibuat sobek dan kotor-kotor dikit, terus
wajah dibuat dekil dengan sedikit contreng-contrengan di muka, tapi ga pantes
blass kalau jadi orang miskin.
10.
Adegan dari depan sedang nyetir mobil, kelihatan
banget mobilnya ga jalan ataupun ga goyang, cuma gerakan bayangan pohon dan tiang
listrik yang diulang-ulang yang nampak di kaca depan mobil.
11.
Kalau ada latar belakang orang yang lalu lalang,
coba perhatikan ntar ada orang yang sama dan pakai baju sama lewat depan kamera
lagi.
12.
Lama-lama ceritanya mbulet, ga ono enteke. Di awal
biasanya bagus, cuma karena pingin memperpanjang episode, lama-lama nglantur ceritanya. Ntar di episode
sekian muncul pemain baru, bisa ketemu saudara kembarnya lah, ketemu Bapak
aslinya yang kayalah, dll
Ya namanya juga pengamat, seperti orang yang duduk di
belakang sopir bis, hanya bisa mengamati dan mengingatkan Pak sopir sembari
berteriak “Awas Pak, pelan-pelan”, tapi belum tentu saya bisa nyetir bis. Jadi meski bisa mengkritik sebuah sinetron, kalau disuruh buat sinetron yang bagus, saya
belum tentu bisa. Dasar pengamat. He .. he… Salam (Aa-Vyp).
0 komentar:
Posting Komentar