Selasa, 30 Juni 2015

Satu nikmat yang patut disyukuri adalah saya baru bisa baca Al Quran sejak kelas 5 SD. Alhamdulilah…

Proses belajar yang lambat, untuk anak ukuran kelas 5 SD pada saat itu bahkan untuk saat ini.

Jaman kelas 2 SD, pernah diikutkan Ibu ke semacam TPQ di masjid bersama kumpulan anak kompleks bada ashar. Hingga TPQ nya bubar, saya masih belum bisa baca Quran. Bermain sepertinya  jauh lebih menarik, daripada belajar ngaji di masjid. Lama-lama TPQ sepi,  anak-anak pun pada malas datang. Pak Ustadz yang sudah separuh baya, saya lupa namanya, menghampiri kediaman anak didiknya bersepeda motor vespa, meminta pada berangkat ngaji, karena masjidnya sepi. Sungguh  mengingatnya, saya merasa kasihan,  hati ini luluh dan  berangkat ngaji ke masjid, meski dengan terpaksa.

Beberapa waktu sesudahnya, Ibu mengikutkan saya ngaji bersama sohib sebelah, di rumah seorang ustadz di kampung, yang rupanya banyak diikuti puluhan anak-anak kampung.

Sama saja, cuma hapal sebagian huruf arab, namun masih belum bisa baca Quran.

Hingga kelas 5 SD, saya baru benar-benar bisa membaca Quran, berkat didikan seorang guru agama, Pak Jamal, kalau tidak salah namanya, dengan metode membaca Quran yang mudah kupahami.

Masuk SMP, saya diikutkan pengajian private bareng 5 anak gang di rumah tetangga setiap bada maghrib. Alhamdulilah, disitu saya diajari membaca Al Quran, yang baik dan benar oleh seorang ustadz yang masih bujang saat itu. Hasilnya, saya pun dapat pujian dari guru agama SMP ketika diminta baca Quran bergilir, yang menilai cara baca Quran saya sudah benar di depan rekan sekelas. Sempat tersanjung, namun malah jadi sindiran rekan SMP yang juga ikut ngaji privat, “disini kamu ngaji malah dibilang bagus …betul, padahal kalau ngaji bareng di rumah seringnya malah disalah-salahin Pak Ustadz, he…he…he..”.

Membaca Al Quran malam Ramadhan ini, tiba-tiba terlintas di pikiran, ustadz dan guru yang berjasa dalam proses belajar saya membaca Quran. Saya tidak tahu lagi keberadaannya, dimana beliau - beliau, apakah masih diberi panjang umur ataukah sudah dipanggil Allah.

Ya Allah…semoga bulir-bulir pahala bacaan Quran yang keluar dari tenggorokanku bisa memberi kelimpahan pahala, kelapangan, ampunan kepada beliau para guruku, sebagai bagian ilmu bermanfaat, yang pahalanya akan terus mengalir walaupun beliau-beliau telah tiada.

Teruntuk Ibu dan almarhum Bapakku. kuniatkan bacaan Quranku, sebagai kiriman pahala untukmu. Dari anakmu yang berusaha untuk menjadi anak sholeh.

Barangsiapa yang berdakwah kepada petunjuk (kebaikan) maka dia mendapatkan pahala seperti pahala yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

13 Ramadhan 1436 H

0 komentar:

Posting Komentar